STRATEGI TEMBUS PASAR dengan BIAYA MURAH

(Resensi ini dipublikasikan di rubrik Dunia Pustaka, Harian Tribun Jogja, Minggu, 3 November 2013)

Identitas buku : STOP promotion START Communication
Penulis : Jenu Widjaya Tandjung, Teguh Prayogo & Adi Prabowo
Penerbit : PT Elex Media Komputindo, 2013
Tebal buku : 139 halaman
ISBN : 978-602-02-1268-5

STRATEGI TEMBUS PASAR dengan BIAYA MURAH
*YETI KARTIKASARI

SELAMA ini banyak orang yang masih salah paham dengan pemasaran. Terutama kesalahpahaman arti bahwa pemasaran sama dengan penjualan. Padahal, penjualan adalah sebuah kegiatan yang sangat penting dari pemasaran, dan berfungsi sebagai kegiatan bisnis sehari-hari. Jadi, pemasaran bukanlah penjualan.
Kesalahpahaman yang lain adalah menganggap pemasaran sama dengan promosi, dan sering diartikan bahwa pengeluaran budget untuk aktivitas promosi identik dengan melakukan penjualan kegiatan pemasaran. Padahal, promosi sama halnya dengan penjualan, hanya bagian dari pemasaran.

Ketatnya persaingan dunia bisnis, mau tidak mau membuat perusahaan harus bekerja keras mendapatkan pelanggan dan memertahankan pelanggan. Salah satunya dengan mengalokasikan anggaran untuk berpromosi. Tujuannya apalagi, kalau bukan menggaet pelanggan agar membeli produk atau jasa yang ditawarkan. Masalahnya adalah jika semua perusahaan melakukan kegiatan promosi, lalu tidak ada gunanya lagi melakukan promosi.

Buku STOP Promotion START Communication ini mengajak dan menggugah perusahaan agar tidak menghambur-hamburkan uang untuk kegiatan promosi yang kurang efektif. Sekaligus menawarkan solusi baru untuk menggaet perhatian pelanggan dengan biaya murah tetapi efektif, dengan kata lain low budget high impact.

Buku setebal 139 halaman ini memuat 11 bagian yang disajikan dengan bahasa ringan sehingga mudah dipahami. Mencakup di antaranya; Pemasaran, bauran pemasaran, dan komunikasi pemasaran. Selain itu juga dibahas perubahan lingkungan bisnis dan trend pemasaran menjelang Persaingan Regional ASEAN 2015 yang mengarahkan perusahaan untuk memperhatikan reputasi dan patnership.

Buku ini mengajak pelaku bisnis untuk menjadikan pemasaran sebagai ”jiwa” di dalam perusahaan. Misalnya dengan menyeimbangkan kebutuhan perusahaan untuk memeroleh laba dan pengembangan pasar. Artinya apa? Dalam situasi persaingan yang kian banyak dan sengit, perusahaan tidak cukup bila hanya memikirkan laba saja. Melainkan harus mengembangkan ceruk pasar yang kian berkurang dan berimbas pada tidak dikenalnya produk oleh masyarakat.

Dua dekade silam, masyarakat masih banyak yang mengenal obat sakit kepala merek Naspro. Namun, hari ini, obat sakit kepala seperti Saridon, Oskadon atau Paramex lebih akrab di masyarakat. Mengapa? Karena ketiga produk tersebut konsisten ”berkomunikasi” sehingga masyarakat tetap ingat.
Buku ini juga ”mengingatkan” perusahaan untuk memikirkan betapa pentingnya mind share agar merek tetap diingat masyarakat. Perusahaan perlu melakukan klarifikasi terhadap merek produk sehingga masyarakat mengetahuinya. Seperti Maspion yang mengomunikasikan merek produknya dengan mengusung tagline, ”Cintailah produk-produk Indonesia” atau teh Sosro dengan jargonnya ”Apa pun makanannya, minumnya Teh Botol Sosro.”

Buku yang ditulis oleh Jenu Widjaya Tandjung, Teguh Prayoga dan Adi Prabowo ini juga mengajak perusahaan untuk meningkatkan kesetiaan merek dengan cara memerhatikan heart share dengan menyentuh hati agar masyarakat membeli produknya. The Body Soap, misalnya sangat peduli terhadap perempuan, Aqua sangat peduli terhadap kesejahteraan hidup masyarakat, Unilever memerhatikan kesehatan dan keselamatan masyarakat. Begitu pula dengan Djarum, sangat peduli terhadap pendidikan dan penghijauan.

Membaca Stop Promotion Start Communication juga diajak untuk mengamini betapa pentingnya membangun reputasi perusahaan. Promosi segencar apapun tidak akan bermakna jika akhirnya mengecewakan pelanggan. Untuk itu, program promosi yang dilakukan harus mengandung semangat spiritual dengan menempatkan diri ke dalam pikiran pelanggan, memiliki kemampuan dan komitmen, mampu merebut hati pelanggan serta dapat masuk ke dalam jiwa pelanggan dengan hati yang tulus dan dan membangun kepercayaan.

Untuk itu, pendekatan promosi yang ditawarkan adalah dengan prinsip membantu pelanggan. Seperti yang dilakukan sebuah perusahaan telekomunikasi saat pelaksanaan ibadah haji atau perusahaan otomotif yang menyediakan layanan check up gratis saat mudik.

Pesatnya perkembangan tekonologi, mau tidak mau juga harus disikapi oleh perusahaan dan pelaku bisnis dengan cerdas. Penggunaan media online dapat menjadi solusi menyiasati tren masyarakat Indonesia yang sudah familiar dengan penggunaan internet. Buku ini juga memuat sekilas mengenai media komunikasi online beserta sisi manfaat yang dapat dipilih oleh perusahaan dan pelaku bisnis untuk memerkenalkan produk dan jasa dengan efektif. Pebisnis, harus terbiasa menerapkan online marketing jika ingin efisien dan efektif. Namun, kombinas strategi komunikasi offline dan online marketing merupakan solusi untuk menyiasati peralihan perilaku masyarakat dari tradisional ke modern.

Buku ini diharapkan dapat mengubah wawasan pebisnis dalam melakukan strategi komunikasi yang bersifat dua arah, sehingga mampu menembus pasar dengan biaya murah, namun berdampak luar biasa. Mengutip komentar Interlegabudi, (Regional Sales Manager PT Kraft Foods Indonesia), ”...Jika perusahaan ingin survive, baca buku ini!”*

*YETI KARTIKASARI
Alumnus Ilmu Komunikasi UMY, pecinta dan pegiat buku, sekaligus pebisnis
Tinggal di Pasuruan, Jawa Timur.
STOP PROMOTION START COMMUNICATION
Tribun Jogja, Minggu (3/11-2013)
STOP PROMOTION START COMMUNICATION


KEUNTUNGAN BISNIS TAKE OVER

PROGRAM BISNIS TAKE OVER

Terbuka untuk UMUM, itu catatan bahasa yang akan di kerucutkan dalam sebuah program dalam peluang bisnis yang sangat banyak sisi nilai keuntungannya, Bisnis Take Over adalah bisnis yang tinggal melanjutkan sehingga dasar yang paling kuat adalah INFORMASI DAN KEPERCAYAAN. Bisnis ini bisa dilakukan oleh siapapun termasuk calon pengusaha baru yang ngebet mau memiliki lokasi usaha dan takut akan kegagalan, dibisnis ini akan sebuah hasil dan kwalitas sudah terbukti dan galilah informasi sebanyak mungkin sebelum melakukan ACTION.

Bisnis take over ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan Anda yang memulai dari nol, dari mencari lokasi yang cocok, calon karyawan, calon pembeli, stategi pemasaran dan promosi sehingga akan memakan waktu yang banyak. Selain itu dari sisi sistem managemen sudah terbukti sirkulasi perjalanannya. So TUNGGU APA LAGI??

Program Bisnis Take Over ini sebagai langkah cara strategi managemen DPARIS SILVER untuk memudahkan bagi para calon investor yang tertarik membuka usaha Retail Aksesoris Silver. Ada beberapa keuntungan yang di dapat oleh calon investor atau calon franchisee dengan adanya program ini dengan melakukan TAKE OVER COUNTER DPARIS SILVERKeuntungan tersebut seperti:

1.       Managemen membuktikan bahwa lokasi tersebut POTENSIAL
2.       Sistem Managemen sudah berjalan
3.   Keuntungan diraih semakin cepat dan pengembangan semakin mudah karena bisnis yang diambil sudah memiliki CASHFLOW yang sudah terbukti kestabilitasnya.
4.        Karyawan sudah ada
5.       Pasar sudah terbentuk
6.       Brand sudah dikenal masyarakat sehingga development produk lebih mudah


Sisi kerugiannya sangat sedikit, karena semua sistem sudah berjalan, strategi sudah ada tinggal melanjutkan sehingga ACTION yang semakin di tingkatkan.(AN)
#penulis konsultan Franchise DParis Silver 



Waralaba Cocok Untuk Pensiunan | SWA.co.id

Waralaba Cocok Untuk Pensiunan | SWA.co.id

Pemerintah telah membuka kesempatan bagi masyarakat untuk berperan serta dalam bisnis waralaba, seperti di bidang usaha makanan dan minuman. Kesempatan ini diberikan melalui penerbitan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 7 Tahun 2013.

Suryadi Sasmita, Sekretaris Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (paling kanan), dalam acara diskusi waralaba, di Kementerian Perdagangan.
Suryadi Sasmita, Sekretaris Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) berharap kesempatan tersebut tidak hanya menjadi milik kaum muda, tetapi juga para pensiunan. “Orang yang baru pensiun umur 55 tahun, 57 tahun, kan masih muda, baru terima uang pensiun, jangan dihabiskan. Silahkan beli waralaba untuk masa depan dia,” terang Suryadi kepada SWA Online, di Jakarta, akhir pekan lalu.
Pada bulan Februari lalu, Kementerian Perdagangan menerbitkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 7  tentang pengembangan kemitraan dalam waralaba untuk jenis usaha makanan dan minuman. Dalam aturan tersebut tertera ketentuan bahwa pemberi waralaba untuk jenis usaha makanan dan minuman yang telah mempunyai 250 gerai, dan akan melakukan penambahan gerai, maka dapat memilih apakah akan diwaralabakan atau dikerjasamakan dengan pola penyertaan modal.
Misalnya, apabila perusahaan lebih memilih kemitraan dengan cara penyertaan modal, untuk nilai investasi gerai di bawah atau sama dengan Rp 10 miliar, maka paling sedikit 40 persennya wajib menyertakan modal pihak lain dengan mengutamakan pengusaha usaha kecil dan menengah (UKM). Sementara untuk nilai investasi gerai di atas Rp 10 miliar, paling sedikit 30 persennya wajib menyertakan modal pihak lain dengan mengutamakan pengusaha UKM. “Jadi, ada kesempatan. Kesempatan ini dibuka bagus sekali oleh pemerintah,” tambah Suryadi.
Kesempatan ini, terang dia, seharusnya dimanfaatkan oleh para pensiunan. Uang pensiun yang mereka dapat bisa digunakan untuk berinvestasi di waralaba. Sehingga, para pensiunan bisa tetap mendapatkan penghasilan. “Kalau tidak begitu pensiun tidak ada kerjaan,” imbuhnya.
Namun, kendalanya adalah sosialisasi kepada para pensiunan terkait investasi di waralaba masih kurang. Ini, menurut dia, seharusnya diperhatikan oleh pemerintah. “Jadi perekonomian itu tumbuh bukan dari anak muda saja. Supaya orang-orang tua juga itu tidak membebankan negara, dia kan pasti tidak ada pendapatan. Inilah yang saya minta pemerintah mensosialisasikan juga,” tandasnya. (EVA)